Kata orang, selingkuh adalah bumbu pernikahan. Tapi apakah hal itu benar? Pria yang bernama Hasan Sugiarto ini sepertinya ingin mencoba membuktikan perkataan banyak orang itu. Dengan berani ia bermain api tanpa memperdulikan bahaya yang mengancamnya.
“Dunia malam dan seks bebas adalah bagian dari kehidupan saya,” demikian pengakuan pria yang merupakan seorang pengusaha sukses ini. “Hal itu memberikan suatu petualangan dan kenikmatan yang luar biasa, sehingga seolah-olah memberikan suatu spirit baru dalam hidup saya.”
Hingga suatu hari, ketika Hasan berada di sebuah night club matanya tertuju pada seorang gadis yang menyanyi di atas panggung. Tanpa pikir panjang, Hasan mendekati gadis itu. Bagai gayung bersambut, gadis itu tidak menolak ajakan hasan untuk makan malam.
“Saya menjemput dia, kami makan malam bersama di suatu tempat yang cukup ekslusif sehingga menimbulkan suasana yang cukup romantis.”
Hasan tidak pernah memikirkan istri dan anak-anaknya yang menunggu di rumah. Setiap kali ia pulang malam dan istrinya bertanya dari mana, ia selalu saja punya alasan. Hasan yang terlena dalam perselingkuhannya seperti dimabuk cinta. Namun tanpa disadarinya seorang teman membongkar perselingkuhannya.
“Kamu siapa?” tanya Indah, istri Hasan ketika menerima telephone.
“Kamu tidak perlu tahu siapa saya,” jawab suara dibalik telephone itu. “Saya Cuma mau kasih informasi, kamu catat saja alamat ini. Suami kamu ada selingkuh dengan perempuan ini.”
Kebetulan tetangga rumahnya ada yang bekerja sebagai sopir taksi, Indah meminta tetangganya itu untuk mengantarkannya ke alamat tersebut.
“Akhirnya saya pergi ke alamat tersebut, dan menemui tantenya. Tantenya bilang seperti ini, ‘Oh dia udah kaya sekarang, dia ngga tinggal disini lagi. Dia sudah punya apartemen.’”
Seperti tak percaya apa yang ia dengar, Indah akhirnya mendatangi alamat apartemen yang ternyata adalah suaminya. Semua praduganya selama ini terbukti, ia melihat suaminya pulang malam berdampingan dengan wanita itu dan masuk ke dalam apartemen.
“Saya lihat suami saya sama perempuan itu. Saya ikutin terus sampai ke dalam. Saya liatin lift yang dinaiki suami saya berhenti di lantai berapa, ternyata di lantai 26. Saya naik dan menggedor-gedor pintunya,” tutur Indah.
“Buka pintu, saya tahu kamu ada di dalam!” teriak Indah sambil menggedor-gedor pintu apartemen itu. Akhirnya Hasan membuka pintunya dan Indah langsung merangsek ke dalam mencari wanita selingkuhan Hasan tadi.
“Langsung saya masuk ke kamarnya, saya mau menjambaknya, saya pengen pukul dia dan maki-maki perempuan itu. Tapi suami saya menghalangi,” ujar Indah. “Dia lari, saya mau kejar. Saya berharap suami saya membela saya, tapi dia lebih membela perempuan itu. Saya kesal banget.”
Indah mengamuk tak terkendali, sedangkan Hasan mencoba menenangkannya. Namun karena kemarahan Indah yang sudah memuncak, ia seperti tidak bisa ditenangkan, hingga satu titik Indah sudah tidak tahan lagi dan pingsan.
Dengan bantuan petugas apartemen Hasan mencoba menyadarkan istrinya. Ia pun membawa Indah pulang, namun dalam perjalanan dengan gelap mata, Indah membuat sebuah tindakan yang gila.
“Saya berpikir terlalu pendek,” ungkap Indah sambil menangis. “Lebih baik berakhir begini. Saya tarik setir itu, saya bilang lebih baik kita mati saja dari pada hidup kita begini terus. Saat itu saya rela mati, saya pikir daripada dia mengkhianati saya terus, dan daripada dia dimiliki orang lain, lebih baik kami mati.”
“Mobil saya hampir masuk ke dalam danau,” jelas Hasan. Tapi di saat-saat terakhir, Hasan berhasil menguasai kemudi dan mengarahkan mobilnya kembali kearah jalan raya. Tetapi sampai di rumah mereka, pertengkaran dilanjutkan kembali.
“Kamu tahu ngga, kamu hampir saja membunuh kita berdua. Kalau kita nyemplung ke dalam danau bagaimana?!”
“Biarin kita mati berdua! Ngapain kita hidup seperti ini, saya disia-siakan, saya dikhianati terus. Karena kamu sudah merusak kepercayaan saya! ” jawab Indah ketus sambil menampar Hasan.
Ditengah keributan itu, seorang tetangga datang melerai dan memberikan nasihat kepada mereka. Tapi hal itu tidak bisa memadamkan kemarahan Indah. Istri Hasan itu telah membuat keputusan dalam hatinya, karena ia sudah tidak tahan dengan pengkhianatan Hasan. Indah mengepak semua pakaiannya dan meninggalkan suami beserta anak-anaknya begitu saja.
Hasan pulang mendapati lemari istrinya sudah kosong dan istrinya telah pergi. Ia hanya menerima sebuah pesan singkat di handphonenya. “Saya tinggalin kamu supaya kamu bisa bebas,” demikian isi SMS dari Indah.
“Saya mulai menangisi kekosongan hidup keluarga saya, dan mengapa hidup saya jadi begini? Hidup saya mula-mula begitu baik, sekarang seolah-olah dunia runtuh menimpa rumah tangga saya. Bisnis saya pun jadi terbengkalai karena pikiran saya juga sudah ruwet.”
Namun dalam keadaan tertekan seperti itu sebuah perubahan positif ia lakukan, ia menghubungi hamba Tuhan untuk mendapat dukungan melalui masa-masa sulit itu.
Setelah kepergian istrinya, Hasan baru menyadari betapa berartinya Indah dalam hidupnya. Apa lagi ketika ia melihat kedua anaknya yang tertidur lelap di kamar, “Saya berdoa, ‘Tuhan berikan saya kesempatan sekali lagi untuk mengurus keluargaku dengan baik.’”
Setelah delapan bulan Indah pergi, Hasan memberanikan diri menghubungi istrinya itu. “Udah mi, balik. Saya sudah bertobat.”
Telephone itu diberikan Hasan kepada anaknya, Sintia. “Mami..pulang mi..” demikian ucap Sintia yang masih berusia 3 tahun itu sambil menangis.
Indah terenyuh hatinya mendengar suara Sintia, apalagi saat itu anaknya yang kedua, Kevin masih berumur satu setengah tahun, ia tak tahan lagi ingin melihat wajah mereka. Namun saat itu ia masih belum bisa melupakan apa yang telah diperbuat suaminya.
“Saya gelisah sekali, dimana-mana saya tidak merasakan damai,” tutur Indah. “Malam itu lebih tidak damai lagi. Akhirnya saya paksakan pulang. Saya hanya berharap bisa ketemu anak-anak dan tidak berharap bertemu suami saya.”
Sekalipun telah pulang ke rumah, Indah bersikap dingin kepada Hasan. Bahkan ia tidak mau melakukan hubungan suami istri dengan suaminya itu, sekalipun Hasan sudah membuktikan bahwa dirinya telah berubah.
“Suatu saat dikarenakan keterpaksaan, saya harus melayani dia. Saya melayani namun merasa jijik setengah mati,” ungkap Indah yang merasa dirinya seperti seorang pelacur. Karena merasa sangat jijik, usai melayani Hasan, Indah langsung membersihkan diri dengan penuh rasa kebencian.
“Saya tahu istri saya mengalami siksaan yang luar biasa,” aku Hasan. “Karena dalam hatinya belum bisa mengampuni saya.”
Hasan berusaha memperbaiki hubungannya dengan Indah, ia pun mengajaknya untuk beribadah. Karena tidak mau, akhirnya Hasan menjanjikan uang sebesar 5 juta kepada Indah jika ia mau pergi ke gereja bersamanya. Namun tindakan Hasan itu tidak sia-sia, dalam ibadah itu Indah mengalami jamahan Tuhan. Bahkan Indah bersedia mengikuti pertemuan-pertemuan selanjutnya yang mengubah hidupnya.
“Suatu kali hamba Tuhan itu bilang, ‘Kalau suami kamu sedang tidur, lihat raut wajahnya. Lihat kerutannya, ada kebaikan apa dalam dirinya. Jangan melihat seseorang dari kejahatannya saja. Tapi coba Anda lihat kebaikannya.’ Ternyata bukan suami saya aja yang berdosa, saya juga banyak dosa sama dia. Hati saya menjerit saat itu, kalau Tuhan Yesus sudah maafkan saya, masa sebagai manusia saya tidak bisa memaafkan suami saya.”
Pulang dari acara tersebut, Indah melakukan tindakan yang sangat radikal yang membawa pemulihan bagi hubungannya dengan Hasan.
“Pulang, saya sujud dibawah kaki dia. Saya bilang, ‘Pi maafkan saya. Saya manusia berdosa sama kamu. Selama ini saya juga salah, tinggalin papi dan keluarga. Maafkan saya.”
Sambil memeluk Indah, Hasan pun meminta maaf atas semua yang telah ia perbuat dan akhirnya jurang pemisah yang bernama sakit hati itu kini hilang sudah. Hubungan mereka pulih kembali oleh kasih Kristus yang menjamah hati keduanya.
“Saya merasa Tuhan baik bagi saya, bagi keluarga saya,” ungkap Indah bahagia.
Hasan telah belajar banyak hal dari kejadian di masa lalu, ia pun membuat komitmen baru, “Saya berjanji sebagai seorang laki-laki akan memberikan yang terbaik dan merawat dia (Indah) sepanjang hidup saya. Tuhan Yesus sangat baik, Dia memperhatikan kami. Bahkan keluarga yang sangat berantakan pun, Dia sanggup memulihkannya kembali.”(Kisah ini ditayangkan 23 Maret 2011 dalam acara Solusi Life di O’Channel)
Sumber Kesaksian:
Hasan Sugiarto & Indah
Sumber : V100623130328